Senin, 19 April 2010

IJAROH

A. Pengertian
Ijaroh merupakan suatunakad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership) atas barang itu sendiri.
B. Landasan Hukum
a. Al-Quran
          •    •   •     
233. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

b. Al-Hadits
إحتجم رسول الله وأعطى الحجام أخره
Artinya:
Berbekamlah lamu, kemudian serikanlah olehmu kepada tukang bekam itu (HR Bukhori dan Muslim)
C. Rukun dan Syarat Ijaroh
a. Rukun Ijaroh
1. Orang yang berakad
2. Sewa / imbalan
3. Manfaat
4. Sighot (ijab qobul)
b. Syarat Ijaroh
1. Bagi ke dua orang berakad, menurut ulama syafi’iah dan hanabilah, disyaratkan telah baligh dan berakal.
2. Kedua belah pihak yang sedang berakad menyatakan untuk melakukan akad ijaroh.
3. Manfaat yang menjadi objek ijaroh harus diketahui secara sempurna
4. Objek ijaroh itu boleh di serahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat.
5. Objek ijaaroh itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’
6. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa. Misalnya, menyewakan orang untuk melaksanakan shalat untuk diri penyewa.
7. Objek ijaroh itu merupakan sesuatu yang bisa disewakan.
8. Upah atau sewa dalam akad ijaroh harus jelas, tertentu, dan sesuatu yang bernilai harta.
D. Sifat dan Hukum akad Ijaroh
a. Akad ijaroh merupakan akad yang bersifat mengingat, karena ijaroh merupakan akad tukar-menukar antara harta dengan manfaat.
b. Hukum akad ijaroh adalah shohih tetapnya kemanfaatan bagi penyewa atau orang yang menyewakan barang, sebab ijaroh itu termasuk jual beli pertukaran, hanya saja dengan kemnafaatan.
E. Macam-macam Ijaroh
a. Dari segi pemanfaatan objek
1. ijaroh benda yang tidak bergerak
2. ijaroh kendaraan
3. ijaroh barang-barang yang bisa dipindah-pindahkan
b. dari segi pemnafaatan objek manusia
1. ijaroh manfaat manusia yang bersifat khusus, seperti menyewa pembantu RT.
2. Ijaroh manfaat manusia yang bersifat umum, seperti dokter.
F. Berakhirnya akad ijaroh
a. Salah satu pihak meninggal dunia.
b. Tenggang waktu yang disepakati itu rumah.
c. Objek ijaroh yang di swakan itu disita Negara.
d. Berkahirnya dengan iqolah (pembatalan akas atas dasar kesepakatan antara kedua belah pihak).
G. Aplikasi ijaroh di perbankan syariah.
Ijaroh yang sering diaplikasikan adalah berupa penyewaan jasa atas karyawan yang bekerja di tempat tersebut, dan penyewaan manfaat atas nasabah yang ingin melakukan penyewaan kendaraan. Selain itu diaplikasikan juga pada IMBT, dan ijaroh multi jasa yang mana akad ijaroh ini bergabung dengan akad-akad yang lain, seperti pada IMBT yang menggunankan akad ijaroh dan wa’ad yang merefleksikan akad wa’ad ini menjadi akad jual beli beli pada saat pelunasan biaya penyewaan, dan pada ijaroh multi jasa yang menggunakan akad ijaroh dengan akad kafalah.
H. Bentuk spesifikasi implementasi ijaroh di perbankan syariah
a. Nasabah yang ingin melakukan penyewaan sutu objek datang ke bank syariah dengan mengajukan pembiayaan ijaroh.
b. Bank syariah member / menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai objek ijaroh, dari supplier (pemilik).
c. Setelah di capai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek ijaroh, tarif ijaroh, periode ijaroh, dan biaya pemeliharaannya, maka akad ijaroh ditandatangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.
d. Bank menyerahkan objek ijaroh kepada nasabah sesuai akad yang disepakati.setelah periode ijaroh berakhir, nasabah mengembalikan objek ijaroh tersebut kepada bank.
e. Bila bank membeli bjek ijaroh tersebut (bai’ wal ijaroh (ijaroh parallel)), setelah periode ijaroh berakhir, objek ijaroh tersebut dikembalikan olh bank kepada supplier.
I. Fatwa Ijaroh
FATWA
DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 44/DSN-MUI/VIII/2004
Tentang
PEMBIAYAAN MULTIJASA




Menimbang :
Mengingat :
Memperhatikan :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : FATWA TENTANG PEMBIAYAAN MULTIJASA

Pertama : Ketentuan Umum
Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.
Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah.
Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah.
Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee.
Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
Kedua : Penyelesaian Perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiaannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ketiga : Ketentuan Penutup
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 24 Jumadil Akhir 1425 H / 11 Agustus 2004 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar